Dengan Lakon "Panjaring Jagad" Ruwat Bumi Labruk Lor Gelar Wayang Kulit di Siang Bolong

Ngaruwat Bumi Desa Labruk Lor dpematang sawah pedukuhan ledeng makmur 



RAYA PUBLIK. COM
Lumajang -- Tidak seperti pagelaran wayang kulit pada umumnya yang dilaksanakan pada malam hari, kali ini pertunjukan wayang kulit digelar siang hari, memang tidak lazim, namun hal ini sengaja diadakan oleh masyarakat Padukuhan Ledeng Makmur Desa Labruk Lor Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang sebagai rangkaian Ruwat Bumi Padukuhan.

Diiringi, hanya menggunakan gamelan slendro saja atau satu pangkon, Pagelaran wayang kulit digelar di Persawahan dukuh Ledeng Makmur dengan lakon "Panjaring Jagad" oleh Ki dalang Abdul Wasis dari Desa Jatigono Kecamatan Kunir. Pada hari Senin (8/7/2024) bertempat di Persawahan Labruk Lor, animo masyarakat sungguh sangat meriah, hidmat, nuansa alamnya sangat melekat. 

Menurut Junaidi (Tuwowo dukuh Setempat) mengatakan prosesi pagelaran wayang menjadi bagian ruwat bumi, durasinya sama dengan wayang pada umumnya. "namun terdapat beberapa ritual tambahan karena memang pagelaran tersebut memiliki tujuan khusus. Sebagai pelengkap juga terdapat berbagai sesaji, di sekitar kelir ada ingkung ayam, burung, dan juga bebek. Ada juga berbagai alat pertanian seperti sabit, cangkul, gathul, dan luku (bajak)," ujarnya. 

"Ia menambahkan, makna dan tujuan ritual untuk membersihkan sukerta (kotoran) dalam arti luas. Kemudian dilanjutkan permohohan kepada Yang Maha Kuasa dengan harapan wilayah Labruk Lor khususnya selalu dalam kondisi aman, tenteram, gemah ripah, loh jinawi dan murah rezeki.

Ditempat yang sama Kepala Desa Labruk Lor H Abdullah, menjelaskan Ruwat Bumi ini adalah wujud dari upaya kami untuk melestarikan nilai nilai budaya yang diwarisi para leluhur, dan juga sebagai tanda ucapan rasa syukur warga masyarakat bersama jajaran pemerintahan desa Labruk Lor , kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan nikmat berupa keamanan, kerukunan dan hasil panenan yang baik. 

"Tujuan dari Ruwat bumi ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai upaya menolak bala (dulu sewaktu ada bencana alam) serta ungkapan penghormatan kepada leluhur," ujar Kepala Desa Labruk Lor saat ditemui awak media Raya Publik. Com usai kegiatan.

Sementara, ngaruwat bumi merupakan tradisi tahunan masyarakat Desa Labruk Lor yang hingga saat ini masih tetap dilaksanakan.

"ngaruwat Bumi ini sebagai peninggalan leluhur kami sejak dulu, maka dari itu kami gelar setiap tahunnya," ungkap H. Abdullah.

Selanjutnya dalam peringatan ngaruwat bumi tersebut, Pemdes Labruk Lor dengan para tokoh masyarakat setempat juga melakukan kegiatan ijab rasul, hal ini tentunya merupakan upacara khusus sesepuh yang dihadiri oleh masyarakat setempat sekaligus penutup upacara Ruwatan Bumi. 

"Sedangkan tujuan ijab rasul yakni ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur bahwa upacara telah berjalan dengan lancar tidak kurang suatu apa pun," tutup orang nomor satu di Pemerintahan Desa Labruk Lor dengan menuh makna. 

Dalam kegiatan ruwatan bumi tersebut antusiasme warga desa sangat luar biasa, mereka berbondong bondong hadir menyaksikan acara ruwatan tersebut. (H)
Reactions