RAYA PUBLIK. COM
Lumajang -- Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya
Percepatan penurunan stunting di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur sangat dibutuhkan peran dari lintas sektor, dengan berbagai program dan inovasi berbasis kemasyarakatan.
“TP PKK adalah salah satu organisasi masyarakat yang berkontribusi dalam upaya penurunan stunting atau tengkes di Lumajang. Intervensi yang diberikan sangatlah baik dengan pemberdayaan masyarakat melalui program dan inovasi yang telah dilaksanakannya,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Lumajang, dr. Rosyidah dalam kegiatan Internalisasi Pengasuhan Balita dalam Rangka Penurunan Stunting kepada Masyarakat, bertempat di Graha Nagara Bhakti Kantor BKD Lumajang, Jumat (13/10/2023).
dr. Rosyidah juga mengungkapkan, bahwa Tim Pendamping Keluarga (TPK), Kader PKK dan Sahabat PKK merupakan ujung tombak dari PKK dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting di wilayah.
“TPK, Kader PKK maupun Sahabat PKK merupakan ujung tombak bagi PKK untuk mendukung pemerintah mengentaskan problematik stunting di wilayah, karena merekalah yang paling bisa dekat dan bersentuhan langsung dengan masyarakat,” terang dia.
Ia menambahkan, bahwa dalam perannya TPK, Kader PKK dan Sabahat PKK, yakni memberikan sosialisasi maupun pendampingan, apabila ada bayi yang terindikasi stunting untuk disarankan melakukan pemeriksaan di fasilitas pelayanan Kesehatan.
“Selain layanan kesehatan, pemberian informasi tentang pentingnya pola asuh yang benar dalam masa 1.000 hari pertama kehidupan ini juga terus dilakukan,” imbuh dia.
Sementara itu, Perwakilan BKKBN Jawa Timur, Nur Hotimah menerangkan, bahwa penanganan stunting sejatinya dilakukan sejak prakonsepsi atau pembuahan hingga usia 2 tahun dimana dikenal dengan masa 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan).
Lanjut dia, permasalahan tumbuh kembang di masa 1000 HPK hingga balita disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak melulu disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Namun, dari berbagai hal diantaranya adalah kesehatan, sanitasi dan tumbuh kembang yang dipengaruhi oleh faktor pengasuhan.
“Kualitas pengasuhan sangat menentukan kualitas generasi penerus yang dilahirkan oleh satu keluarga, karena masa awal kehidupan setiap individu sebagian besar waktunya dihabiskan bersama keluarga di lingkungan rumah, dan masa paling fundamental dalam keseluruhan tahapan kehidupan atau sering disebut Golden Period, sehingga menjadi hal yang sangat penting bagi calon orangtua untuk merencanakan dan menyiapkan kehamilan dan pengasuhan secara optimal,” terangnya.
Kegiatan internalisasi tersebut menghadirkan narasumber Pj. Ketua TP PKK Kabupaten Lumajang, Rahayu Agus Triyono, Endah Suprapti, S.Psi., Psikolog dari Biro Layanan Psikologi Cempaka Bunda Kabupaten Lumajang, Penyuluh Keluarga Berencana, dan dihadiri oleh Ketua TP PKK Kecamatan, Kader BKB (Bina Keluarga Balita), BKR (Bina Keluarga Remaja), BKL (Bina Keluarga Lansia), Saka Kencana, serta Duta Genre. (H)