Ranu Pane di Kaca Mata Wakil Rakyat !!! Digerojok Anggaran Miliaran " Mubazir Keadaanya.


RAYA PUBLIK. COM
Lumajang - Para pendaki gunung atau pelancong tentu sudah tak asing dengan nama Gunung Semeru di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS) Jawa Timur. Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan puncaknya yang terkenal dengan sebutan Mahameru pada ketinggian 3.676 mdpl.


Puncak Gunung yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Lumajang ini juga menjadi gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.

Selain karena kemegahan dan pemandangan alam yang begitu eksotis, Gunung Semeru juga dikenal dengan berbagai objek wisata di sekitarannya. Salah satunya ialah Desa Ranu Pane. Di desa tersebut terdapat sebuah danau bernama Ranu Pane seluas 0,75 hektare dan menjadi desa tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 2.100 mdpl.


Saujana, wisatawan akan melihat perbukitan hijau dan juga ladang-ladang milik warga sekitar yang kebanyakan bekerja sebagai petani.

Desa ini begitu sejuk, bahkan suhunya bisa minus di beberapa waktu tertentu. Menjadi satu-satunya titik awal pendakian ke Gunung Semeru, desa ini memiliki satu tempat yang iconik, yaitu Danau Ranu Pane.


Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Lumajang memberikan perhatian khusus terhadap Desa Ranupani untuk dijadikan sebagai desa wisata bertaraf internasional.

Namun, perhatian lebih yang diberikan oleh Pemkab Lumajang nampaknya jauh panggang dari api. Terlebih sejak pendakian ke Gunung Semeru ditutup.

Jasa wisata seperti penginapan atau homestay hingga kuliner di desa Ranu Pane sepi pengunjung.

Kondisi itu membuat DPRD Kabupaten Lumajang angkat bicara. Sebab, anggaran yang selama ini telah digerojokkan oleh pemerintah daerah dinilai mubazir, di rasa kurang maksimal manfaatnya.


“Desa wisata andalan Lumajang yang masuk 50 anugerah desa wisata Indonesia 2021 sudah banyak dibangun untuk mendukung kenyamanan wisatawan. Seperti amphiteater yang telah diresmikan oleh Menteri Pariwisata. Namun, pasca diresmikan, amphiteater tersebut tidak pernah digunakan lagi untuk kegiatan, tidak terawat lagi”, kata Trisno, anggota DPRD Kabupaten Lumajang, Jum’at (25-11-2022).

Menurutnya, anggaran yang sudah dikeluarkan untuk mengembangkan potensi wisata tidaklah sedikit. Anggaran yang dikeluarkan sekitar 10 miliar rupiah, namun hasilnya sangat tidak sebanding.

“Jangankan memberikan dampak pada perekonomian masyarakat, ke kas daerah pun nihil”, ungkap politisi partai berlambang Ka’bah ini.

Padahal, Pemkab Lumajang tidak hanya mengembangkan pembangunan infrastruktur, tetapi juga menempatkan sejumlah pendamping wisata profesional.

“Perlakukan Pemerintah Kabupaten ke desa Ranu Pane sangat istimewa, tetapi dampaknya belum ada progress yang signifikan. Sampai sekarang desa itu belum menjadi desa dengan status maju. Desa Ranu Pane masih berada dalam status desa berkembang di tahun 2022, masih berada di kasta level 3”, imbuhnya.

Diungkapkan pula oleh Trisno, tidak hanya Desa Ranu Pani, wana wisata Siti Sundari yang terletak di desa Burno Kecamatan Senduro kondisinya nyaris sama. Eksistensi wisata alam tersebut perlahan tenggelam.


“Pasca pandemi Covid-19 bukannya semakin ramai malah sepi”, pungkasnya. (H)


Reactions